Perbedaan Nabi dan Rasul – Pengertian, Jumlah Nama, Ciri, Tujuan, Sifat & Keistimewaan -Untuk pembahasan kali ini kami akan mengulas mengenai Nabi dan Rasul yang dimana dalam hal ini meliputi perbedaan, pengertian, jumlah nama, ciri, tujuan, sifat dan keistimewaan, untuk lebih memahami dan mengerti simak ulasan dibawah ini.
Daftar isi
Pengertian Nabi dan Rasul
Para nabi adalah orang yang diberi wahyu (ajaran Islam yang mengandungi peraturan tertentu) oleh Allah S.W.T sebagai panduan hidup dirinya sendiri manakala Rasul pula adalah nabi yang diperintahkan oleh Allah S.W.T untuk menyampaikan wahyu tersebut kepada manusia sejagat pada zamannya.
Rasul dan nabi terakhir adalah Nabi Muhammad S.A.W yang ditugaskan untuk menyampaikan Islam dan peraturan yang khusus kepada manusia di zaman baginda sehingga hari kiamat. Selepas kewafatan baginda, tugasnya itu disambung oleh orang Islam yang menjadi pengikutnya. Sebagai seorang Islam,kita perlu patuh kepada Iman Rukun Iman yang kedua iaitu percaya kepada para nabi dan para rasul.
Tidak diketahui berapakah jumlah para nabi yang sebenar tetapi adalah dianggarkan mereka berjumlah lebih kurang 100,000 orang dan manakala para rasul pula dianggarkan berjumlah 300 orang. Walau bagaimanapun jumlah ini tidak dapat dipastikan.
Jumlah Nabi dan Rasul
Jumlah para Nabi dan Rasul sangat banyak. Namun yang harus diimani hanya 25 Rasul sebagaimana yang dijelaskan di dalam Al-Quran. Mereka adalah:
01. | Nabi Adam a.s. | 02. | Nabi Idris a.s. |
03. | Nabi Nuh a.s. | 04. | Nabi Hud a.s. |
05. | Nabi Salih a.s. | 06. | Nabi Ibrahim a.s. |
07. | Nabi Luth a.s. | 08. | Nabi Ismail a.s. |
09. | Nabi Ishaq a.s. | 10. | Nabi Ya’akub a.s. |
11. | Nabi Yusuf a.s. | 12. | Nabi Ayub a.s. |
13. | Nabi Syu’aib a.s. | 14. | Nabi Musa a.s. |
15. | Nabi Harun a.s. | 16. | Nabi Zulkifli a.s. |
17. | Nabi Daud a.s. | 18. | Nabi Sulaiman a.s. |
19. | Nabi Ilyas a.s. | 20. | Nabi Ilyasa’ a.s. |
21. | Nabi Yunus a.s. | 22. | Nabi Zakaria a.s. |
23. | Nabi Yahya a.s | 24. | Nabi Isa a.s. |
25. | Nabi Muhammad s.a.w |
Sebenarnya ramai lagi Nabi-nabi lainya yang namanya tidak dicantumkan di dalam Al-Quran. Dalam hal ini Allah hanya memberikan syariat yang ditunjukan kepada Nabi Muhammad menerusi firman Allah:
“Dan Kami telah mengutus Rasul-Rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu, dan Rasul-Rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu.” (An-Nisa’:164).
Para Nabi itu mempunyi darjat yang berbeza antara satu sama lain dari segi keutamaan dan kedudukannya. Sebagaimana firman Allah:
“Dan sesunguhnya Kami lebihkan sebahagian Nabi-Nabi itu atas sebahagian yang lain.” (Al-Isra’:55).
Allah SWT telah melebihkan darjat dan keutamaan Nabi Muhammad SAW diatas para Nabi dan Rasul yang lain. Nabi Muhammad SAW diutus kepada seluruh manusia dan jin, sedang para Nabi sebelum baginda diutus hanya kepada umat mereka saja.
Ciri-Ciri Nabi dan Rasul
Ada pun beberapa ciri-ciri Nabi dan Rasul:
Setiap Umat mempunyai Nabi dan Rasul
Tidak suatu umat pun yang tersunyi dari Nabi dan Rasul, jadi Nabi dan Rasul dikirimkan oleh Allah kepada berbagai umat dan golongan di sepenjang masa. Seperti yang telah di Firmankan oleh Allah :
إِنَّآ أَرۡسَلۡنَٰكَ بِٱلۡحَقِّ بَشِيرٗا وَنَذِيرٗاۚ وَإِن مِّنۡ أُمَّةٍ إِلَّا خَلَا فِيهَا نَذِيرٞ ٢٤
Artinya:
“Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan. (Q.S Fathir: 24).
Nabi dan Rasul adalah Manusia
Nabi dan Rasul adalah seorang manusia dari golongan umat itu sendiri, sekalipun ia pasti mempunyai karunia, baik kebaikan akal pikiran maupun kesucian rohaniahnya yang diberikan Allah, demi menyiapkan diri untuk menerima wahyu dari Allah. Seperti yang telah difirmankan oleh Allah:
ٱللَّهُ يَصۡطَفِي مِنَ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ رُسُلٗا وَمِنَ ٱلنَّاسِۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعُۢ بَصِيرٞ ٧٥
Artinya:
“Allah memilih utusan-utusan(Nya) dari malaikat dan dari manusia. Sesungguhnya Allah adalah maha mendengar lagi maha melihat.”(Q.S Haj 75).
Nabi dan Rasul adalah seorang lelaki
Nabi dan Rasul semuanya terdiri dari laki-laki, tidak seorangpun Nabi dan Rasul terdiri dari perempuan. Dalam hal ini, Allah SWT menegaskan :
وَمَآ أَرۡسَلۡنَا قَبۡلَكَ إِلَّا رِجَالٗا نُّوحِيٓ إِلَيۡهِمۡۖ فَسَۡٔلُوٓاْ أَهۡلَ ٱلذِّكۡرِ إِن كُنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ ٧
Artinya:
“Kami tiada mengutus Rasul-Rasul sebelummu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.” (Q.S Al-Anbiya’:7).
- Nabi dan Rasul juga kawin
Nabi dan Rasul itupun kawin dan juga mempunyai anak. Jadi tidak berbeda sebagaimana manusia lainnya. Seperti Firman Allah:
وَلَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا رُسُلٗا مِّن قَبۡلِكَ وَجَعَلۡنَا لَهُمۡ أَزۡوَٰجٗا وَذُرِّيَّةٗۚ وَمَا كَانَ لِرَسُولٍ أَن يَأۡتِيَ بَِٔايَةٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ لِكُلِّ أَجَلٖ كِتَابٞ ٣٨
Artinya:
“..Sungguh Kami telah mengutus beberapa orang Rasul sebelummu dan Kami memberikan Isteri-Isteri dan keturunan kepada Meraka.” (QS Rad:38).
- Nabi dan Rasul juga terkena sesuatu yang biasa mengenai manusia lain
Nabi dan Rasul itu seperti manusia biasa yang daoat merasa sehat, diserang penyakit, kuat, lemah, merasa lezat, hidup, mati, dan lainnya. Hanya apa yang menghinggapi rasul itu tidak sampai menyebabkan orang lain menjauhkan diri darinya. Seperti Firman Allah:
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٞ قَدۡ خَلَتۡ مِن قَبۡلِهِ ٱلرُّسُلُۚ أَفَإِيْن مَّاتَ أَوۡ قُتِلَ ٱنقَلَبۡتُمۡ عَلَىٰٓ أَعۡقَٰبِكُمۡۚ وَمَن يَنقَلِبۡ عَلَىٰ عَقِبَيۡهِ فَلَن يَضُرَّ ٱللَّهَ شَيۡٔٗاۗ وَسَيَجۡزِي ٱللَّهُٱلشَّٰكِرِينَ ١٤٤
Artinya:
“Tidak lain Muhammad itu hanya seorang Rasul. Sungguh telah lewat sebelumnya itu beberapa orang Rasul. Apakah ia meninggal atau terbunuh, lalu kamu semua akan surut ke belakang (kembali ke kufuran)? Dan barang siapa yang surut ke belakang, niscaya tidak membahayakan (merugikan) Allah sedikit pun”(QS Ali ‘Imran: 144).
Tujuan Nabi dan Rasul
Tujuan pokok diturunkan nya Nabi dan Rasuk oleh Allah Ta’ala ialah untuk mengajak umatnya beribadat kepada Allah serta menegakkan agama-Nya.
Ajaran-ajaran seperti rukun iman, amal ibadah, perbuatan baik, dan lainnya tidaklah bisa diperoleh oleh seseorang hanya dengan menggunakan akal dan pikirannya sendiri, tetapi barulah dapat diperoleh dari wahyu yang Allah Ta’ala telah berikan kepada Nabi dan RasulNya. Seperti Firman Allah:
هُوَٱلَّذِي بَعَثَ فِي ٱلۡأُمِّيِّۧنَ رَسُولٗا مِّنۡهُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمۡ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبۡلُ لَفِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٖ ٢
Artinya:
“Allah itulah yang mengutus dikalangan kaum yang buta huruf seorang Rasul dari antara mereka, untuk membacakan kepada mereka ayat-ayat(keterangan-keterangan) Allah, membersihkan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmat (ilmu pengetahuan), padahal mereka itu dahulunya adalah dalam kesesatan yang nyata.”(QS Jum’ah: 2).
Oleh sebab itu tidak dapatlah diterima alasan-alasan yang dikemukakan oleh orang yang hatinya sengaja melalaikan mengingat Allah SWT. Seperti Firman Allah:
وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُضِلَّ قَوۡمَۢا بَعۡدَ إِذۡ هَدَىٰهُمۡ حَتَّىٰ يُبَيِّنَ لَهُم مَّا يَتَّقُونَۚ إِنَّ ٱللَّهَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٌ ١١٥
Artinya:
“Allah tidaklah akan menyesatkan suatu kaum sesudah memberikan petunjuk kepada mereka itu, sehingga dijelaskan kepada mereka apa yang seharusnya mereka jauhi. Sesungguhnya Allah itu Maha Mengetahui Segala Sesuatu.”(QS Taubat: 115).
Baca Juga: Toleransi Antar Umat Beragama di Indonesia
Sifat Nabi dan Rasul
Allah SWT memilih para nabi-Nya agar supaya mereka menjadi duta antara Allah dan hamba-hamba-Nya. Allah memilih mereka di antara setiap makhluk ciptaan yang lainnya kerana mereka mendapat beban memikul amanah yang agung, iaitu amanah wahyu dan menyampaikan dakwah serta risalah kepada segenap hamba-Nya.
Telah berlaku kebijaksanaan Allah yang luhur untuk menjadikan mereka sebagai manusia yang paling sempurna akhlaknya, paling utama ilmunya, paling mulia sahsiahnya dan paling agung amanahnya. Allah menjaga mereka dengan pertolonga-Nya dan melindungi mereka dpenjagaan-Nya serta mengawasi mereka.
Para nabi a.s. walaupun mereka itu manusia biasa, kerana mereka juga makan dan minum, sihat dan sakit, menikahi wanita, berjalan-jalan di pasar, ditimpa oleh belbagai segi yang dirasa pahit oleh manusia seperti lemah, tua dan mati, namun mereka berbeza dengan manusia pada umumnya kerana mereka mempunyai beberapa kekhususan dan mereka memiliki sifat-sifat yang agung dan luhur. Adanya kekhususan sifat-sifat ini bagi mereka merupakan sesuatu yang memang harus ada pada mereka. Sifat-sifat itu adalah seperti berikut:
SIDDIQ
Sifat ini merupakan suatu kepastian bagi nabi. Sifat ini, walaupun bagi manusia biasa juga merupakan keharusan, namun untuk bekal dakwah para nabi sifat itu menjadi sesuatu yang mutlak wajib ada, dan bahkan merupakan sifat pembawaan pada diri mereka. Maka tidaklah mungkin bagi seorang nabi, nabi mana pun juga, dari dirinya timbul sesuatu yang dapat merosak kewibawaan seperti berbohong dan berkhianat, memakan harta manusia dengan jalan yang tidak sah, dan sifat-sifat buruk lainnya.
Memandangkan sifat itu tidak wajar bagi manusia biasa, maka bagaimana halnya dengan seorang nabi yang dekat dengan Tuhan atau raul yang mulia? Seandainya boleh terjadi adanya kebohongan pada para nabi, maka pastilah itu tidak berkaitan dengan berita yang disampaikan melalui wahyu atau kemungkinan hanyalah persoalan-persoalan yang berkaitan dengan diri mereka sendiri, atau mereka menciptakannya dari konsep pemikiran mereka kemudian mereka menyandarkannya kepada Allah secara bohong, namun rasanya hal itu tidak mungkin terjadi pada mereka.
Oleh kerana itulah kita mendapati Al-Quranul Karim menghukumnya dengan ketentuan yang pasti terdadap setiap yang mencuba mengada-ada dengan atas nama Allah, atau lisannya berbuat dusta. Allah berfirman tentang diri Nabi Muhammad SAW yang bermaksud:
“Seandainya dia (Muhammad ) mengada-adakan sebagai perkataan atas (nama) Kami, nescaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kananya. Kemudian benar0benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalang ( Kami ) dari pemotongan urat nadi itu. Dan sesunguhnya Al-Quran itu benar-benar suatu pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa”. (Al-Haqqah: 44-48).
Ayat ini merupaka ancaman yang menakutkan bagi orang yang membuat dusta nama Allah dalam urusan akidah. Ini adalah suatu ketentuan yang tidak ada ampun (belas kasih) di dalamnya. Ketentuan ini lahir untuk menetapkan kemungkinan yang satu tanpa adanya kejujuran Rasulullah SAW bersarta manusia.
AMANAH
Maksudnya iaitu bahawa seorang nabi adalah orang yang diberi kepercayaan terhadap wahyu, menyampaikan perintah-perintah Allah dan larangan-larangan-Nya kepada hamba-hamba-Nya dengan tanpa melebihi atau menguranginya, tanpa mengubah atau menantinya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Tala yang bermaksud:
“(iaitu) orang –orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang pun selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan”. (Al-Ahzaab: 39)
Jadi semua nabi itu diberi kepercayaan keatas wahyu, mereka menyampaikan urusan-urusan Allah sebagaimana adanya, tidak mungkin bagi mereka untuk membuat khianat atau mereka merahsiakan atas apa yang diperintahkan oleh Allah, kerana khianat itu bertentangan dengan amanah.
Para nabi yang mulia semuanya telah menunaikan amanah dengan cara yang paling sempurna. Seandainya para nabi itu tidak mempunyai sifat amanah pastilah akan berubah dan berganti risalahnya dan manusia pasti tidak menjadi tenang terhadap wahyu yang diturunkan. Dalam kaitan ini, Sayyidah „Aisyah r.a. berkata:” seandainya Muhammad itu menyimpan sesuatu yang diturunkan Allah padanya pastilah ia menyembunyikan ayat berikut ini ( maksudnya ):
“Dan kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakan, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allahlah yang berhak untuk kamu takuti….” (Al-Ahzaab: 37).
Masing-masing nabi dan rasul tentu memiliki sifat amanah yang sempurna, supayajiwa menjadi tenang menuju keselamatan wahyu. Segala yang dibawa nabi sesunguhnya semata-mata dari sisi Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
TABLIGH
Sifat ini merupakan kekhususan terhadap para rasul yang mulia, yang bermaksud dengannya adalah bahawa rasul itu menyampaikan hukum-hukum Allah serta menyampaikan wahyu yang diturunkan kepada manusia dari langit. Mereka tidak menyembunyikan sedikit pun dari apa yang diwahyukan oleh Allah kepada mereka, walaupun seandainya di dalam penyampaian risalah bagi manusia itu akan menimbulkan suatu penganiayaan yang besar atau kejahatan yang mestinya hanya layak ditimpakan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan dan kerosakan.
Demikianlah kita dapat mengetahui bahawa semua para rasul itu mengistiharkan dengan terus terang bahawasanya mereka itu bersungguh-sungguh menyampaikan risalah Allah dan menasihati umat, sampai kepada rasul yang terakhir iaitu Nabi Muhammad SAW, yang mana Allah memerintahkan untuk menyampaikan risalah.
Allah mengutus para Rasul agar dapat memberi peringatan kepada sekalian alam. Allah mengutusnya pada suatu masa kekosongan para rasul agar beliau mematahkan alasan-alasan ahki kitab iaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani agar mereka tidak mengatakan: “Tidak pernah datang kepada kami seorang pemberi khabar gembira dan pemberi peringatan”.
Rasulullah SAW telah menyampaikan ajaran Tuhanya, dan ketika turun kepadanya firman Allah yang bermaksud:
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintah (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”. (Al-Hijr: 94)
FATANAH
Fatanah adalah kecerdasan dan kecerdikan. Seorang nabi tidaklah diutus kecuali ia mempunyai keagungan dan kecerdikan yang luar biasa, sempurna kecerdasannya dan daya fikiranya. Perhatikanlah firman Allah Taala yang melukiskan tentang Nabi Ibrahim a.s. perhatikanlah sikap Nabi Ibrahim di dalam diskusinya dengan kaumnya yang musyirik, nescaya anda akan mendapatkan di dalamnya tanda-tanda kecerdikan dan kecerdasan pada diri Nabi Ibrahim a.s. menerusi dialog berikut yang bermaksud:
“Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur terpotong-potong kecuali yang terbesar ( induk ) dari patung-patung yang lain, agar mereka kembali ( untuk bertanya ) kepadamya. Mereka berkta: “siapakah yang melakukan perbuatan tuhan- tuhan kami? Sesungguhnya dia termasuk orng-orang yang zalim”. Mereka berkata: “ ( kalau demikian ) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang ramai, agar mereka menyaksikan”.
Mereka bertanya: “Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan- tuhan kami, wahai Ibrahim?” Ibrahim menjawab: “Sebenarnya patung yang besar itu yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara”.
Maka mereka telah kembali kepada kesedaran mereka dan lalu berkata: “Sesungguhnya kami sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri)”. Kemudian kepala mereka tertunduk (lalu berkata):
“Sesungguhnya kamu ( wahai Ibrahim ) telah mengetahui bahawa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara”. Ibrahim berkata: “Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak ( pula ) memberi mudharat kepada kamu?” Ah ( celakalah ) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami?” (Al-Anbiya’: 58-67).
Keistimewaan Nabi dan Rasul
Suatu hal yang sangat penting mengenai dakwah para nabi a.a. ialah bahawa mereka itu mempunyai karakteristik dan keistimewaan tersendiri, terdiri atas:
- Pertama : Dakwah para nabi itu merupakan tuntutan Ilahi, maksudnya melalui wahyu dan aklif daripada Allah.
- Kedua : Para nabi tidak meminta upah atas misi kerasulanya, mereka hanya mengharapkan pahala dari Allah.
- Ketiga : Memurnikan agama kerana Allah dan mengikhlaskan Ibadah kepada- Nya.
- Keempat : Sederhana dalam mengajak, tidak memberatkan atau menyukarkan.
- Kelima : Jelas sasaran dan tujuan dalam dakwah para nabi.
- Keenam : Bersikap zuhud terhadap dunia dan mengutamakan akhirat daripada kehidupan dunia.
- Ketujuh : Memfokuskan pada akidah tauhid dan menitikberatkan dalam hal keimanan kepada yang ghaib.
Inilah keistimewaan terpenting dari dakwah para nabi yang mulia. Kami akan menjelaskan tiap-tiap segi dari masing-masing keistimewaan dengan penjelasan dan huraian yang memadai.
Perbedaan Nabi dan Rasul
Berikut ini terdapat beberapa perbedaan nabi dan rasul, terdiri atas:
1. Nabi
Terdiri atas:
- Seorang Nabi menerima wahyu dari Allah SWT untuk dirinya sendiri.
- Bertugas melanjutkan atau menguatkan syariat dari rasul sebelum nabi tersebut.
- Nabi diutus kepada kaum yang sudah beriman.
- Nabi yang pertama adalah nabi Adam ‘alaihissalam.
- Jumlah nabi sangat banyak bahkan sampai ratusan ribu.
- Setiap rasul adalah nabi namun tidak setiap nabi adalah rasul.
- Nabi hanya mendapatkan wahyu melalui mimpi.
- Ada nabi yang dibunuh oleh kaumnya.
2. Rasul
Terdiri atas:
- Rasul menerima wahyu dari Allah SWT guna disampaikan kepada segenap umatnya.
- Diutus dengan membawa syariat yang baru.
- Rasul diutus kepada kaum yang belum beriman (kafir).
- Rasul yang pertama kali adalah Nuh ‘Alaihissalam.
- Jumlah rasul lebih sedikit dibanding dengan nabi.
- Setiap rasul adalah nabi.
- Rasul dapat menerima wahu melalui mimpi maupun melalui malaikat dan ia dapat melihat serta berkomunikasi secara langsung dengan malaikat.
- Seluruh rasul yang diutus Allah selamatkan dari percobaan pembunuhan yang dilancarkan oleh kaumnya.
Sedangkan menurut Ibnu Abil ‘Izz al Hanafi, Perbedaan antara nabi dan rasu adalah bahwa orang yang diberikan perintah (wahyu) dari Allah SWT, jika dia diperintahkan untuk menyampaikannya kepada orang lain maka dia disebut sebagai seorang Nabi dan Rasul sedangkan jika dia tidak diperintahkan untuk menyampaikan kepada orang lain maka dia adalah seorang Nabi dan Bukan seorang Rasul. Karena setiap rasul merupakan nabi namun tidak setiap nabi merupakan seorang rasul. (Syarh ath Thahawiyah fii ‘Aqidah as Salaf hal 296).
Sedangkan menurut Syeikh ‘Athiyah Saqar, nabi merupakan seorang manusia yang diberikan wahyu oleh Allah SWT kepadanya untuk diamalkan akan tetapi dia tidak diperintahkan untuk menyampaikannya (menyebarkannya). Sedangkan Rasul merupakan seorang manusia yang diberikan wahyu oleh Allah SWT untuk diamalkan / dilakukan dan dia juga diperintahkan untuk menyampaikannya kepada segenap umatnya. Seorang rasul merupakan nabi namun tidak semua nabi merupakan seorang rasul. berikut ayat yang menggambarkan sifat kenabian dan kerasulan (dalam diri Muhammad SAW):
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu., tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Ahzab : 40).
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا
“Hai nabi, Sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan.” (QS. Al Ahzab : 45).
Demikianlah pembahasan mengenai Perbedaan Nabi dan Rasul Menurut Agama Islam semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan anda semua, terima kasih
Tinggalkan Balasan