Pengertian Sel Darah Putih Lengkap

Posted by

Sel Darah Putih – Sel darah putih merupakan sel yang membentuk komponen pada darah, sel darah putih disebut juga leukosit. Sel ini mempunyai inti tetapi tidak memiliki bentuk sel yang tetap dan tidak berwarna, sel darah putih dalam setiap millimeter kubik darah lebih kurang berjumlah 8.000. Tempat pembentukan sel darah putih ialah pada sumsum merah tulang pipih, limpa dan kelenjar getah bening. Semua sel darah putih memiliki masa hidup antara enam hingga delapan hari.

Pengertian Sel Darah Putih

Sel Darah Putih

Sel darah putih adalah sel lain yang terdapat dalam darah. Fungsi umum sel darah putih ini ini sangat berbeda dengan SDM. Sel darah putih atau leukosit (Leukocyte) ini umumnya berperan dalam mempertahankan tubuh terhadap penyusupan benda asing yang selalu dipandang mempunyai kemungkinan untuk mendatangkan bahaya bagi kelangsungan hidup individu. Meskipun demikian, bila dilihat kembali kemahluk hidup yang lebih sederhana, leukosit ini hanya merupakan spesialisasi dari fungsi pertahanan tubuh, seperti yang dijalankan oleh sel-sel pengembara (wanderring cells).

Sel pengembara ini berfungsi membawa makanan dari tempat penyerapan keseluruh tubuh, membawa bahan buangan dalam arah sebaliknya dan mempertahankan tubuh dari benda dan sel asing. Leukosit ini merupakan sel darah yang mengkhususkan diri, tercermin dari asal usulnya, yang sama dengan SDM, yaitu sel-sel “akar” (stem cells) yang terus menerus membelah didalam sumsum tulang. Jumlah normal leukosit mempunyai rentangan yang cukup luas, yaitu antara 5.103-104/mL.

Jumlah leukosit didalam darah tidaklah sebanyak SDM. Leukosit berada dalam jumlah antara 0,1-0,2% dari jumlah SDM. Untuk menjelaskan kenyataan tersebut, perlu diingat bahwa tubuh memerlukan oksigen tiap saat dan dalam jumlah yang besar. Untuk itu, diperlukan pembawa khusus, yang tidak melakukan fungsi lain. Ini dipenuhi oleh SDM yang berada dalam jumlah yang besar. Selain itu, untuk menjamin fungsi tunggal ini, SDM merupakan sel yang telah berdiferensiasi sempurna dan sekaligus merupaka sel akhir (end cells).

Sebaiknya, leukosit tidaklah diperlukan tiap saat diseluruh tubuh. Sel ini hanya diperlukan ditempat-tempat terjadinya konflik dengan benda asing. Untuk menghadang benda atau sel asing disuatu tempat tertentu, leukosit dapat dikerahkan dari tempat lain dalam aliran darah kesana. Apabila benda asing tersebut cukup banyak atau penanganannya memerlukan suatu jangka waktu tertentu, sebagian dari leukosit dapat memperbanyak diri dengan mitosis diluar jaringan sumsum tulang. Leukosit yang serupa ini bukanlah sel akhir. Jelaslah, mengapa leukosit dibuat dalam perbandingan yang jauh lebih kecil dari pada SDM, walaupun keduanya mengekspresikan 2 fungsi yang berbeda dari sel pengembara pada makhluk metazoa yang lebih sederhana (Mohamad Sadikin, 2001).

Sel darah putih merupakan komponen selular penting dalam darah yang berperan dalam sistem kekebalan. Dikenal adanya 3 jenis sel darah putih, yaitu limfosit (baik B maupun T), granulosit (neutrofil, eosinofil dan basofil) dan monosit. Ketiganya berasal dari dua garis keturunan asal sel stem hematopoietic multipoten yang sama, limfosit berasal dari garis keturunan progenitor limfoid, sedangkan granulositdan monosit berasal dari garis keturunan progenitor myeloid. Limfosit B berfungsi menghasilkan antibodi, sedangkan limfosit T berperan utama dalam berbagai mekanisme imun selular seperti membunuh sel-sel yang terinfeksi virus atau sel-sel kanker. Dalam sel darah tepi, jumlah sel darah putih relatif paling sedikit dibandingkan dengan dua sel darah lainnya dengan masa hidup selama 13-20 hari.

Pada orang dsewasa normal, jumlah keseluruhan sel darah putih adalah sekitar 4.500-10.000 per mcl dengan presentasi limfosit 25-35%, granulosit neutrophil (segmen) 50-70%, basophil 0,4-1%, eosinophil 1-3% dan monosit 4-6%. Pada keadaan tertentu karena gangguan kesehatan jumlah leukosit dapat mengkat disebut leukositosis dan sebaliknya dapat menurun disebut leucopenia.

Baca juga: Pengertian Usus Halus Secara Lengkap

Sebagaimana halnya dengan sel darah merah, pada membran sel darah putih juga terdapat antigen-antigen. Selain antigen sistem golongan darah, pada sel darah putih dikenal adanya antigen leukosit yang menyerupai antigen kompleks histokompatibilitas utama (Major Histocompatibility Complex, MHC) pada tikus. Sistem antigen leukosit yang kemudian dikenal sebagai antigen manusia (Human Leukocyte Antigen, HLA) ini terbukti kelak sangat kompleks dan dikatakan sebagai sistem polimorfisma genetik paling rumit pada manusia  (Abdul Salam, 2012).

Bentuk dan sifat dari sel darah putih (leukosit) berbeda dengan eritrosit. Bentuknya bening, tidak berwarna, lebih besar dari eritrosit, dapat berubah dan bergerak dengan perantara kaki palsu (pseudopodia), mempunyai bermacam-macam inti sel, banyaknya antara 6000-9000/mm3. Fungsi utama sel darah putih adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara menghancurkan patogen (kuman, virus, dan toksin). Sebagai pertahanan tubuh dikerahkan ketempat-tempat infeksi dengan jumlah berlipat ganda.

Leukosit dapat bergerak dari pembuluh darah menuju jaringan, saluran limfe dan kembali lagi kedalam aliran darah. Leukosit bersama sistem magrofag jaringan atau sel retikuloendotel dari hepar, limpa, sumsum tulang, alveoli paru, mikroglia otak dan kelenjar getah bening melakukan fagositosis terhadap kuman dan virus yang masuk. Setelah didalam sel kuman/virus dicerna dan dihancurkan oleh enzim pencernaan sel (Syaifuddin, 2006).

Fungsi Sel Darah Putih ( Leukosit )

  • Berfungsi menjaga kekebalan tubuh sehingga tak mudah terserang penyakit.
  • Melindungi badan dari serangan mikroorganisme pada jenis sel darah putih granulosit dan monosit.
  • Mengepung darah yang sedang terkena cidera atau infeksi.
  • Menangkap dan menghancurkan organisme hidup.
  • Menghilangkan atau menyingkirkan benda-benda lain atau bahan lain seperti kotoran, serpihan-serpihan dan lainnya.
  • Memiliki enzim yang dapat memecah protein yang merugikan tubuh dengan mengahancurkan dan membuangnya.
  • Menyediakan pertahanan yang cepat dan juga kuat terhadap penyakit yang menyerang.
  • Sebagai pengangkut zat lemak yang berasal dari dinding usus melalui limpa lalu menuju ke pembuluh darah.
  • Pembentukan antibody di dalam tubuh.

Jenis-jenis Sel Darah Putih ( Leukosit ) Dan Fungsinya

Jenis-jenis sel darah putih ( leukosit ) yakni neutrofil, monosit, basofil, eosinofil dan limfosit antar lain sebagai berikut :

  • Neutrofil
    Yang merupakan sel darah putih yang mempunyai jumlah yang besar yakni sekitar 60% sampai 70% sel darah putih ( leukosit ) dan memiliki diameter dari 10 sampai dengan 12 mikrometer dan Neutrofil memiliki 3 inti sel yang berwarna merah kebiruan serta kelompok dari granula. Neutrofil juga disebut dengan leukosit polimorfonuklear karna polimorfonuklear memiliki kesamaan dengan neutrofil karna memiliki bentuk sel yang aneh. Neutrofil dapat diketahui dengan melihat butiran yang ada di sitoplasma. Proses kerja dari Neutrofil membunuh bakteri dengan menelannya secara langsung proses ini disebut dengan fagositosis. Proses tersebut dapat diketahui dan ditemukan pada saat luka yang bernanah. Neutrofil dapat bertahan hidup 6 hingga 10 jam.
  • Monosit
    Yang merupakan sel darah putih yang berjumlah 1-10% yang berubah menjadi makrofag dalam memerangi benda-benda asing yang menyerang tubuh dengan keluar dari aliran darah dan masuk ke jaringan tubuh. Monosit memiliki waktu hidup yang lebih lama dari pada neutrofil. Monosit akan tinggal dalam aliran darah selama 10-20 jam. Setelah itu monosit akan tinggal dalam beberapa hari di dalam jaringan tubuh.
  • Basofil
    Yang merupakan sel darah putih yang berjumlah 0,01-0,3% yang mengandung banyak granula sitoplasmik yang berjumlag dua lobus dan dapat bergerak ke jaringan tubuh pada kondisi tertentu. Basofil bagian dari granulosit disaat teraktivasi, basofil akan mengeluarkan senyawa seperti kondroitin, histamine, leukotriena, heparin, lisfospolipase, elastase dan beberapa jenis atau macam sitokina.
  • Eosinofil
    Yang merupakan sel darah putih yang jumlahnya 7% dari seluruh jumlah leukosit dalam tubuh kita yang memerangi parasit multiseluler dan beberapa infeksi yang terjadi pada hewan vertebrata. Eosinofil berdiameter 10 sampai 12 mikrometer, jumlah eosinofil ini meningkat disaat terjadi asma, demam dan alergi yang membuat jangka hidup eosinofil antara 8 hari sampai 12 hari. Eosinofil berfungsi atau berperan dalam melawan parasit multiseluler dan merespon alergi.
  • Limfosit
    Yang merupakan sel darah putih yang berjumlah 40 sampai 50% dari sel darah putih yang jumlah terbesar kedua. Menurut Merk limfosit terbagi atas sel T, sel B dan sel pembunuh alami. Sel T dan sel pembunuh alami berperan dalam menyerang sel-sel asing dan membuat racun sedangkan sel B yakni membuat anti bodi. Limfosit memiliki 1 nukleus dan tidak motil. Fungsi secara umum limfosit ialah membuat anti bodi dan menjaga kekebalan tubuh.

Ciri-Ciri Sel Darah Putih ( Leukosit )

  • Sel darah putih berjumlah kurang lebih 6 ribu hingga 9 ribu butir/mm3
  • Sel darah putih tidak mempunyai warna atau tidak berwarna
  • Memiliki inti sel atau nukleus
  • Memiliki bentuk yang banyak atau dapat dikatakan bentuknya tidak beraturan
  • Dapat berubah bentuk
  • Sel darah putih hanya dapat bertahan hidup antara 12-13 hari
  • Sel darah putih terbuat di dalam sumsum merah tulang pipih, limpa dan kelenjar getah bening
  • Bergerak secara ameboid ( seperti dengan amoeba )
  • Dapat menembus dinding pembuluh darah

Jenis Leukosit

Leukosit bukanlah sel yang semacam saja. Sel darah putih ini pada mulanya dibedakan berdasarkan gambaran mikroskopis masing-masing. Ada 5 macam leukosit, yang menurut bentuk inti masing-masing terbagi menjadi 2 kelompok utama.

Jenis Leukosit

Kedua macam bentuk inti tersebut ialah bentuk yang pecah-pecah atau bersegmen dan bentuk bulat. Bentuk yang bermacam-macam ini menjalankan fungsi yang berbeda-beda pula, yang semuanya berhubungan dengan fungsi pertahanan. Selain itu, tiap jenis leukosit ini dalam keadaan sehat ternyata berada dalam jumlah yang berbeda-beda pula.

Perubahan presentase tiap-tiap leukosit dapat menunjukkan, apakah radang yang dialami tersebut nisbi baru terjadi ataukah sudah lama. Bahkan perubahan pola distribusi leukosit biasanya dapat diperiksa secara sederhana dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa. Setetes darah yang biasanya diambil dengan menusuk jari manis dengan suatu penunjuk yang steril dan kering. Dari tetesan darah tersebut, segera dibuatkan hapusan darah, yang setelah kering segera diwarnai dengan pewarna MGG. Leukosit sejumlah 100 dihitung dalam lapang pandang berbeda. Tiap kali menghitung, leukosit tersebut segera dikelompokkan ke dalam salah satu dari jenis-jenis leukosit yang lazim ditemukan dalam darah.

Perhitungan presentase jenis-jenis leukosit ini dinamai hitung jenis (differential count atau diff. count), suatu pemeriksaan yang sangat penting untuk mengetahui, apakah radang yang dialami nisbi baru terjadi ataukah sudah agak lama.

Leukosit dengan inti terpecah (sel PMN) atau granulosit

Sel-sel dengan inti terpecah-pecah atau bersegmen disebut sebagai leukosit PMN. Karena sel-sel ini juga mempunyai butir-butir halus didalam sitoplasma, maka leukosit jenis ini dinamai sebagai granulosit. Sel-sel ini bukanlah sekelompok sel yang homogen. Granulosit ini masih dapat dipilah-pilah lagi dalam 3 kelompok, berdasarkan warna sitoplasma masing-masing sesudah diwarnai dengan pewarna MGG, yaitu netral, kemerahan dan kebiruan.

Leukosit PMN atau granulosit yang netral pada pewarnaan MGG, dalam arti kata seimbang dalam nuansa kemerahan dan kebiruan, juga disebut juga sebagai leukosit netrofil. Inilah leuokosit yang terbanyak diantara ketiga jenis granulosit tersebut, bahkan leukosit netrofil ini adalah leukosit yang terbanyak didalam darah. Sel-sel leukosit netrofilini didalam darah berada dalam konsentrasi 2. 10sampai 7. 10/ mL. Ini berarti lebih kurang separuh atau lebih dari leukosit darah ternyata adalah sel-sel netrofil. Waktu paruh dari leukosit netrofil ini didalam darah ialah 6 jam, sedangkan didalam jaringan 1 sampai 2 hari. Dengan demikian leukosit netrofil ini termasuk sel yang cepat mengalami pergantian, seperti juga sel-sel epitel usus. Bandingkan, misalnya dengan umur SDM didalam darah, yaitu 120 hari atau 4 bulan.

Dalam keadaan sehat, hanya sedikit sekali sel-sel neutrofil ini ditemukan dalam jaringan. Hanya bila terjadi penyusupan benda atau sel asing kedalam jaringan maka sel-sel netrofil berada dalam jumlah besar ditempat konflik tersebut. Sifat lain yang dapat disimpulkan ialah bahwa sel-sel leukosit netrofil mempunyai kemampuan untuk menyelinap diantara sela-sela yang sangat sempit dan ketat dari sel-sel endotel yang melapisi permukaan dalam pembuluh darah. Kedua kemampuan ini dimungkinkan oleh sifat leukosit netrofil yang mampu bergerak sendiri (bukan dihanyutkan demikian saja secara pasif oleh aliran darah) secara amubiod (seperti gerak amuba).

Leukosit netrofil mempunyai kemampuan untuk melakukan gerak fagositosis, yaitu menelan dan memakan benda atau sel asing, dengan cara menjulurkan sitoplasmanya yang mampu melakukan gerak amuboid, mengelilingi benda asing tersebut. Selanjutnya kedua ujung jaluran sitoplasma bertaut dan benda asing pun terkurungdalam suatu ruang didalam sel netrofil. Ruang baru yang berisi benda asing tersebut, disebut fagosom, melebur dengan suatu strukturpenghancur yang bernama yang benama lisosom didalam sel netrofil. Lisosom ini mengandung berbagai enzim yang menghancurkan bermacam-macam senyawa kimia. Dengan cara demikian benda asing dihancurkan. Karena itu, dapatlah dipahami bahwa fungsi leukosit netrofil ini sangat pentingdalam masa-masa awal dari suatu proses radang.

Gangguan apapun terhadap leukosit netrofil, baik yang bersifat bawaan atau genetik maupun karena pengaruh lingkungan akan menyebabkan individu yang bersangkutan amat mudah mengalami infeksi. Defisiensi enzim-enzim leukosit tertentu, baik yang terdapat didalam lisosom maupun yang diluarnya, yang berperan sdalam penghancuran benda asing, menyebabkan individu tersebut menjadi sangat mudah mengalami infeksi piogenik (infeksi yang disertai dengan pembentukan nanah, seperti bisul).

Desinfeksi enzim, seperti diketahui, merupakan kelainan bawaan yang berakar pada gen. Pemberian obat-obatan yang mepunyai dampak samping mengurangi produksi leukosit, akan menyebabkan orang tersebut akan sangat mudah mengalami radang tenggorokan dan infeksi kuman yang lain. Obat-obatan yang mempunyai akibat samping seperti ini antara lain ialah obat tertentu penhilang rasa nyeri (analgetika),  obat-obatan golongan kortikosteroid serta obat-obat penghambat mitosis yang digunakan untuk mengobati kanker.

Laukosit PMN atau granulosit yang bernuansa  kemerahan pada pewarnaan MGG dinamai sebagai sel leukosit eosinofil. Sel ini, walaupun granulosit kedua terbanyak sesudah leukosit netrofil, konsentrasinya dalam darah jauh lebih rendah. Hanya saja 3 sampai 5% dari seluruh leukosit beredar yang berupa leukosit eosinofil, atau kira-kira 150 sampai 500 sel/mL darah. Tampaknya, sel ini lebih banyak berada dijaringan dari pada didalam darah. Agaknya, keberadaannya didalam darah adalah dalam rangka rangka perjalanannya untuk menuju berbagai jaringan, terutama dipermukaan epitel. Ditempat ia menetap ini, eosinofil mempunyai umur yang lebih panjang dari pada sel-sel leukosit netrofil, atau kira-kira 150 sampai 500 sel/mL darah. Tampaknya, sel ini lebih banyak berada dijaringan dari pada didalam darah. Agaknya, keberadaannya didalam darah adalah dalam rangka perjalanannya untuk menuju berbagai jaringan, terutama dipermukaan epitel.

Ditempat ia menetap ini, eosinofil dapat berdiam selama beberapa minggu. Dengan demikian, sel eosinofil mempunyai umur yang lebih panjang daripadasel-sel leukosit netrofil. Nuansa kemerahan dari sel ini disebabkan adanya senyawa- senyawa khusus didalam sitoplasma, terutama di dalam granula. Senyawa ini terutama adalah protein kation (bersifat basa) yang mempunyai afinitas untuk berikatan dengan zat warna golongan anilin asam, seperti eosin, yang terdapat didalam pewarna MGG.

Sel-sel eosinofil ini juga mempunyai kemampuan bermigrasi, seperti yang terbukti dengan lebih banyaknya sel ini dijaringan dari pada didalam darah. Leukosit eosinofil ini juga mampu melakukan fagositosis. Berbeda dengan sel-sel netrofil, sel eosinofil mampu membunuh parasit, termasuk parasit besar seperti cacing. Parasit tersebut dibunuh oleh sel-sel eosinofil dengan cara mengeluarkan isi granula yang kaya akan protein basa atau protein kation tadi, setelah lebih dulu leukosit eusinofil tersebut melekat ke sel-sel permukaan tubuh cacing tidak berada didalam darah, tetapi terutama diepitel jaringan, dapat dipahami mengapa sel-sel eosinofil ini lebih banyak berada didalam jaringan, terutama epitel. Dapat dikatakan bahwa sel-sel eosinofil ini merupakan alat pertahanan terhadap infestasi cacing. Karena itu, meningkatkan konsentrasi sel-sel leukosit eosinofil didalam darah merupakan petunjuk yang mengarah kepada kemungkinan adanya parasit didalam tubuh.

Keadaan lain yang juga ditandai dengan hipereosinofilia ini ialah keadaan alergi. Keterangannya belum jelas, mungkin berhubungan dengan meningkatkan konsetrasi antibiotik kelas IgE didalam dara, baik pada alergi maupun pada infestasi cacing. Sel leukosit PMN jenis ketiga ialah pemulasan MGG tampak warna biru. Oleh karena itu, granulosit jenis ketiga ini dinamai juga sebagai leukosit basofil. Warna kebiruan ini disebabkan oleh banyaknya granula yang berisi histamin, suatu senyawa amina biogenik yang merupakan metabolit dari asam amino histidin. Sebagaimana senyawa amina lainnya, histamin juga bersifat basa, yang menyebabkan warna biru pada pewaranaan MGG dan menjadi asal usul nama basofil tersebut.

Ciri lain dari sel leukosit basofil ialah adanya kemampuan yang sangat kuat untuk mengikat IgE, berkat adanya molekul protein reseptor (pengikat) IgE di permukaan membran. Afinitas reseptor terhadap IgE. Konsentarsi sel leukosit basofil didalam darah sangat rendah, bahkan kerap kali sukar dihitung dengan cara pemeriksaan mikroskopis biasa. Sel-sel basofil ini sangat berperan dalam keadaan alergi.

Pada seseorang yang menderita alergi bila terjadi konflik antara alergen (antigen pencetus alergi) dengan antibodi yang sesuai dengan dengan kelas IgE yang biasanya terikat dengan reseptor spesifik di membran sel basofil, maka terjadilah degranulasi (penglepasan isi granula) sehingga histamin pun keluar dari sel dan masuk kedalam aliran darah. Histamin yang bebas tersebut akan menyebabkan terjadinya gejala-gejala alergi (antara lain gatal, kulit dan mukosa membengkak akibat meningkatkan permeabilitas pembuluh darah, termasuk mukosa hidung sehingga jalan nafas bawah seperti bronkus kecil yang disertai konstriksi atau penyempitan rongga bronkus kecil karena kelarutan otot polos sehingga terjadi asma, kerutan otot polos usus sehingga cairan saluran cerna bertambah dan disertai rasa mulas.

Gejala-gejala ini dapat terjadi setampat saja, dapat pula terjadi diseluruh tubuh. Bila yang terakhir ini terjadi dalam waktu singkat (beberapa detik atau menit sesudah konflik antigen-antibodi), keadaan ini disebut renjatan anafilaktik (anaphylactic shock), keadaan yang sangat berbahaya karena turunnya jumlah cairan didalam pembuluh darah aliran darah ke berbagai organ penting, termasuk otak, menjadi sangat berkurang. Keadaan ini sangat jelas sangat memerlukan pertolongan segera. Perlu pula diketahui, bahwa didalam jaringan terdapat sel lain yang dulu dinamai sebagai sel basofil jaringan dan kini lebih dikenal sebagai mastosit (mastocyte) atau sel mast (mast cells), yang mempunyai ukuran dan sifat yang sama dengan sel-sel basofil darah, namun asal usulnya berlainan.

Leukosit dengan inti bulat (leukosit mononukleus)

Leukosit jenis ini mempuyai inti yang utuh, tidak terpecah-pecah menjadi beberapa segmen. Sebenarnya inti sel leukosit ini tidaklah selalu bulat sempurna, yang pasti ialah selalu utuh dan tidak terbagi-bagi. Selain itu, sitoplasma sel leukosit mononukleus ini tidak mempunyai butiran-butiran kecil atau granula. Leukosit mononukleus ini tidak mempunyai butiran-nutiran kecil atau granula. Leukosit mononukleus inipun bukan sel-sel yang homogen. Sel-sel leukosit mononukleus ini, berdasarkan perbandingan sitoplasma dengan inti, dapat dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama ialah leukosit mononukleus yang perbandingan sitoplasma dengan intinya kecil, sedangkan kelompok kedua ialah sel-sel dengan perbandingan sitoplasma dengan inti besar.

Leukosit mononukleus dengan sitoplasma: inti kecil dinamakan sebagai limfosit. Bila dilihat dengan mikroskop, tampak inti sel yang mengisi sebagian besar dari sel. Sitoplasma limfosit bernuansa biru dan jumlahnya sedikit, mengelilingi inti saja. Sel limfosit mempunyai ukuran yang kecil, kira-kira hampir sama dengan SDM.

Limfosit adalah leukosit kedua terbanyak didalam darah sesudah leukosit netrofil. Antara 25% dan 35% dari jumlah seluruh leukosit darah adalah limfosit. Jumlah ini akan bertambah pada tahap kronis dari suatu peradangan karena infeksi. Berbeda dengan sel-sel granulosit, limfosit tidak dapat melakukan fagositosis. Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa limfosit ini kurang penting atau tidak mempunyai fungsi yang jelas dalam pertahanan tubuh. Bahkan sebaliknya, sel-sel limfosit ini mempunyai fungsi yang sangat penting dalam mekanisme pertahanan atau imunitas spesifik terhadap benda asing.

Limfosit adalah sel yang menghasilkan antibodi terhadap berbagai benda atau senyawa asing. Senyawa ini sangat penting untuk menghancurkan dan menyingkirkan benda asing dari dalam tubuh. Sel limfosit ini berada sementara didalam darah dan akan bermigrasi keberbagai kelenjar getah bening atau kelenjar limfe dan berdiam disana. Bila limfosit bertemu dengan benda asing, ia akan berkembang adan mitosis menjadi sel plasma (plasmosit) yang berfungsi sebagai sel penghasil antibodi. Limfosit sendiri juga masih berpilah-pilah lagi menjadi 2 atau 3 jenis, yaitu limfosit B, limfosit T dan sel-sel pembuluh alamiah (Natural Killer=NK).

Perbedaan antara limfosit B dengan T ini disebabkan oleh berbedanya tempat sel-sel ini dimatangkan setelah melalui tahap perkembangan tertentu disumsum tulang.  Sel limfosit B mengalami pematangan lebih lanjut tanpa meninggalkan sumsum tulang, baru kemuadian dimasukkan kedarah. (B adalah singkatan dari Bone Marrow atau sumsum tulang, tempat ia dimatangkan sebelum masuk kedarah).

Sel limfosit T mengalami pematangan lebih lanjut dikelenjar timus sebelum masuk kepembuluh darah. (T adalah singkatan untuk kelenjar timus). Ketiga jenis linfosit ini praktis tidak dapat dibedakan dengan pewarnaan MGG saja(walaupun barangkali sel-sel NK masih dapat dikenali). Untuk membedakannya diperlukan cara-cara tertentu dan tehnik pewarnaan khusus (pewarnaan imunokimia). Bahkan, sel-sel limfosit T nasih dapat dipilah-pilah lagi dengan tehnik imunokimia ini, menjadi sel limfosit T penolong limfosit T supresor dan limfosit T pembunuh (berbeda dengan sel NK). Sel-sel mononukleus  yang mempunyai sitoplasma: inti besar, atau dengan perkataan lain mempunyai sitoplasma yang banyak dinamai sebagai sel-sel monosit. Inti sel monosit biasanya tampak seperti kacang merah atau ginjal, karena mempunyai bagian yang melekuk.

Konsentrasi sel monosit ini didalam darah antara 5% sampai 10%. Selmonosit ini berada didalam darah hanyaa selama 24 menit saja, untuk selanjutnya bermigrasi keberbagai jaringan, menetap disana dan berubah menjadi sel dengan sitoplasma yang lebih besar dari padaa monosit dan kerap kali berlekuk-lekuk. Monosit yang sudah berdiam diri di jaringan ini disebut makrofag jaringan (tissue macrophages) atau makrofag penghuni (resident macrophages). Bentuk dan nama-nama makrofag ini bermacam-macam.

Didalam dalam jaringan hati, makrofag ini dinamakan sebagai sel kupffer, dijaringan susunan saraf pusat dinamakan sel mikroglia, dilimbah dan kelenjar getah bening dinamakan sebagai sel dendritik (karena sitoplasama sel ini memiliki tonjolan yang sangat banyak sekali sehingga tampak berlekuk-lekuk. Diparu, makrofag dikenal sebagai sel makrofag alveolus, di ginjal makrofak dijumpai sebagai sel mesangium dan didalam tulang makrofag dinamakan sebagai sel oeteoklas. Makrofag juga ditemukan sebagai sel-sel dendritik dikulit dan dinamai sebagai sel langerhans. Selain mampu melakukan gerak amuboid, makrofag juga mempunyai kemampuan fagositosis dan menghancurkan benda asing yang sangat kuat . melebii kemampuan sel-sel leukosit netrofil, sitoplasma makrofag juga kaya akan lisosom yang mengandung berbagai enzim penghidrolisis.

Selain itu seperti juga leukosit netrofil, sel ini mapu meningkatkan metabolisme aerobnya bila sedang membunuh sel asing. Hasil metabolisme aerobik tersebut berupa H2Odan turunannya.seperti hipoklorit (CIO) dan radikal hidroksil (OH) digunakan untuk pengoksidasi atau merusak benda atau sel asing yang telah ditelan oleh makrofag tersebut. Dengan demikian, makrofag mempunyai peranan dalam mempertahankan tubuh terhadap benda asing, terutama pada tahap yang agak lanjut, bila sel-sel leukosit netfil mulai memerlukan bantuan.

Pada tahap yang lanjut, tugas ini dilakukan oleh makrofag dan sel ini bekerja secara khas dengan bantuan anti bodi menghancurkan benda asing. Lebih penting lagi, makrofak ternyata mempunyai peran pusat dalam tanggapan imusn spesifik. Karena sel inilah yang mengelolah dan menyajikan benda asing sebagai antigen ke sel-sel yang membuat antibodi, yaitu limfosit B yang bekerja atas bantuan limfosit T.

Oleh karena itu, makrofag, terutama dalam bentuk sel-sel dendritik di kelenjar getah bening, limfa dan kulit, dinamai juga sebagai sel penyaji antigen. Selain itu, makrofag juga membuat dan mengeluarkan senyawa yang mampu membuat dan mengaktifkan sel-sel limfosit didekatnya, sehingga sel limfosit tersebut siap untuk mengolah antigen dan menghasilkan anti bodi. Senyawa tersebut, sutu protein, didalam tulang, sebagai osteoklas sel-sel makrofag memfagositosis matriks tulang yang selanjutnya dibentuk laggi oleh sel lain yang bernama selosteoblas. Ini berarti, sel-sel makrofag tulang (osteoklas) mempunyai peran pentng dalam memberi bentuk (remodelling) pada tulang (Mohamad Sadikin, 2001).

Fungsi Sel Darah Putih

Granulosit dan monosit mempunyai peranan penting dalam pelindungan badan terhadap mikroorganisme. Dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago-saya makan), mereka memakan bakteri bakteri hidup yang masuk ke peredaran darah. Melalui mikroskop adakalanya dapat dijumpai sebanyak 10-20 mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit.

Pada waktu menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit. Dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan mengitar seluruh bagian tubuh. Dengan cara ini ia dapat : mengepung daerah yang terkena infeksi atau cedera, menangkap organismehidup dan menghancurkannya, menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran dan sebagi tambahan granulosit memiliki enzim  yang dapat memecah protein, yang memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya. Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhan dimungkinkan.

Sebagai hasil kerja fagositik  dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan sama sekali. Mengenai fungsi limfosit sedikit yang diketahui. Mereka tidak memiliki gerakan amuboid, terapung-apung didalam aliran darah dan juga terdapat dalam jaringan limfe dari semua bagian badan. Mereka tidak memakan bakteri, tetapi diduga bahwa mereka membentuk antibodi (badan penangkis) penting yang melindungi tubuh terhadap infeksi khronik dan mempertahankan tinggkat kekebalannya (imunitas) tertentu terhadap infeksi.

Leukositosis adalah istilah untuk menunjukan penambahan jumlah keseluruhan sel darah putih dalam darah, yaitu jika penambahan melampaui 10.000 butir per milimeter kubik. Leukopenia berarti berkurangnya jumlah sel darah putih sampai 5000 atau kurang.

Limfositosis — pertambahan jumlah limfosit

Agranulositosis — suatu penurunan jumlah granulosit atau sel polimorfonuklear secara menyolok (Evelyn Pearce, 2008).

Baca juga: Metabolisme Protein dan Peran Fungsi Protein

Pembentukan Leukosit

Polimorfonuklear dan monosit normalnya dibentuk hanya dalam sumsum tulang. Sebaliknya limfosit dan sel plasma dihasilkan dalam berbagai organ termasuk kelenjar limfe, limpa, kelenjar timus, tonsil dan sisa limfoid yang terletak dalam usus dan ditempat lain. Beberapa sel darah putih yang dibentuk dalam sumsusm tulang, khususnya granulosit, disimpan dalam sumsum tulang sampai dibutuhkan dalam sistem sirkulasi, bila dibutuhkan akan dilepas. Sel magrofag sebagai sel mobil sanggup mengembara melalui jaringan.

Kebanyakan sel monosiot memasuki jaringan setelah menjadi makrofag melekat pada jaringan selama berbulan-bulan.sel monosit menpunyaisanggupan seperti makrofag yaitu memakan bakteri, virus, jaringan nekrosis atau partikel asing dalam jaringan. Bila dirangsang dapat lepas dari perlengketan dan berespon terhadap hemotaksis dan semua rangsangan lain yang berhubungan. Kombinasi makrofag mobil dengan makrofag jaringan tersebut dinamakan sistem retikuloendotel. Bila dipartikel tidak dihancurkan secara lokal dalam jaringan ia akan masuk kedalam limfe dan mengalir melalui pembuluh darah (Syaifuddin, 2006).

Granulopoiesis

Granulosit dan monosit dalam darah dibentuk dalam sumsum tulang dari suatu sel prekusor yang sama. Dalam seri granulopoietik, sel progenitor, mieloblas, promielosit dan mielosit membentuk sekumpulan (pool) sel mitotik atau proliferatif, sedangkan metamielosit, granulosit batang, dan segmen membentuk kompartemen pematangan pasca mitosis. Sejumlah besar netrofil batang dan segmen ditahan dalam sumsum tulang sebagai “pool persendian” atau kompartemen penyimpanan.

Sumsum tulang biasanya mengandung lebih banyak sel mieloid dari pada eritroid dengan perbandingan 2:1 sampai 12:1, dengan proporsi terbesar berupa netrofil dan metamielosit. Pada keadaan stabil atau normal, kompartemen penyimpanan sumsum tulang mengandung 10-15 kali dari jumlah granulosit yang ditemukan dalam sel darah tepi. Setelah pelepasannya dari sumsum tulang, granulosit hanya menghabiskan waktu 6-10 jam dalam darah sebelum pindah ke dalam jaringan tempat mereka melaksanakan fungsi fagositiknya.

Dalam aliran darah, terdapat dua kelompok yang biasanya berukuran hampir sama-kelompok yang bersikulasi/circulating pool (termasuk dalam hitung darah) dan kelompok yang ditepi/marginating pool (tidak termasuk dalam hitung darah). Diperkirakan netrofil rata-rata menghabiskan waktu selama 4-5 hari dalam jaringan sebelum dirusak selama kerja pertahanan atau akibat penuaan.

Leukositosis basofil (basofillia) yaitu peningkatan jumlah basofil darah diatas 0,1 x 109/1 jarang terjadi. Penyebab umumnya adalah kelainana mieloproliferatif seperti leukimia mieloid kronik atau polisitemia vera. Peningkatan basofil reaktif kadang-kadang ditemukan pada miksedema, selam infeksi cacar atau cacar air, dan pada kolitis ulseratif (Hoffbrand dkk, 2005).

Pengendali Granulopoesis : Faktor Pertumbuhan Mieloid

Seri granulosit berasal dari sel progenitor sumsum tulang yang makin lama terspesialisasi. Banyak faktor pertumbuhan yang terlibat dalam proses pematangan ini termasuk interleukin-1 (IL-1), IL-3, IL-5 (untuk eosinofil), IL-6, IL-11, faktor pertumbuhan koloni granulosit-makrofag (granulocite-macrophage colony stimulating factor, GM-CSF), CSF granulosit (G-CSG) dan CSF monosit (M_CSF). Faktor-faktor pertumbuhan tersebutmerangsang terjadinya proliferasi, diferensiasi, serta mempengaruhi fungsi sel matur tempat faktor tersebut bekerja (misalnya fagositosis, pembentukan superoksida dan sitotoksisitas dan produksi sitoksin lain oleh monosit.

Produksi granulosit dan monosit yang bertambah akibat adanya infeksi diinduksi oleh meningkatnya produksi faktor pertumbuhan dari sel stroma dan limfosit T, yang dirangsang oleh endotoksin, IL-1, atau faktor nekrosis tumor (tumor necrosis factor, TNF) (Hoffbrand dkk, 2005).

Aplikasi Klinis Faktor Pertumbuhan Mieloid

Pemberian G-CSF secara intravena atau subkutan dalam klinik telah terbukti menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah netrofil, sedangkan pemberian GM_CSF meningkatkan jumlah netrofil, eosinofil dan monosit. Obat-obat ini telah banyak dipakai dalam praktik klinik dan beberapa indikasinya adalajjjh sebagai berikut :

  1. Pasca-kemoterapi, radioterapi atau transpalantasi sumsum tulang.

Pada keadaan ini GM_CSFdan G_CSF mempercepat pemulihan hemopoietik dan mempersingkat periode netropenia. Sehingga hal ini mengurangi lama rawat inap dirumah sakit, pemakaian antibiotik dan kekerapan infeksi, tetapi periode netropenia berat setelah kemoterapi intensif tidak dapat dicegah atau dipersingkat.

  1. Leukemia mielositik akut.

G-CSFdigunakan dalam beberapa protokol untuk merangsang sel blas mieloid masuk ke dalam siklus sel yang meningkatkan sensivitasnya terhadap kemoterapi.

  1. Mielodisplasia.

Faktor pertumbuhan granulosit telah diberikan secara tersendiri atau bersama dengan zat seperti eritropoietin sebagai usaha untuk memperbaiki fungsi sumsum tulang tanpa mempercepat transformasi leukemia.

  1. Netropenia berat.

Netropenia konginetal dan dapat (termasuk netropenia siklik dan netropenia yang diinduksi obat) telah terbukti berespons baik terhadap pemberian G-CSF.

  1. Infeksi berat.

GM-CSF dan G-CSF telah digunakan sebagai adjuvan untuk terapi antimikroba dan GM-CSF dapat sangat membantu pada penyakit jamur invasif.

  1. Transplantasi sel induk darah tepi.

G-CSF digunakan untuk meningkatkan jumlah progenitor multipoten dalam darah, dan meningkatkan panen sel induk darah tepi yang cukup untuk transplantasi (Hoffbrand dkk, 2005).

Kelainan Fungsi Netrofil dan Monosit

Fungsi normal netrofil dan monosit dapat dibagi menjadi 3 fase :

Kemotaksis (mobilisasi dan migrasi sel). Fagostik tertarik ke bakteri atau lokasi inflamasi oleh zat kemotaktik yang dilepaskan dari jaringan yang rusak atau oleh komponen komplemen dan juga oleh interaksi molekul perlekatan leukosit dengan ligan dijaringan yang rusak.

Fagositosis. Bahan asing (bakteri, jamur, dll) atau sel pejamu yang mati atau rusak difagositosis. Pengenalan partikel asing dibantu oleh opsonisasi dengan imunoglobulin atau komplemen karena netrofil maupun monosit mempunyai reseptor Fe dan C3b. Opsonisasi sel tubuh normal (misalnya eritrosit atau trombosit) juga membuat sel tersebut dapat dirusak oleh makrofag sistem retikuloendotelia, seperti pada hemolisis autoimun, purpura trombositopenik idiopatik (autoimun), atau sitopenia yang diinduksi obat.

Makrofag mempunyai suatu peran sentral dalam presentasi antigen-memproses dan mempresentasikan antigen asing di molekul antigen leukosit manusia (HLA) ke sistem imun. Makrofag juga menyekresi sejumlah besar faktor pertumbuhan yang mengatur respons inflamasi dan respon imun.

Kemokin adalah sitokin kemotaktik yang terdiri atas dua kelas utama-kemokin CXC(α), yaitu sitokin pro-inflamsi kecil (8-10000 MW) yang terutama bekerja pada netrofil dan kemokin CC (β) seperti protein inflamsi makrofag (macrophage inflammatory protein) (MIP)-1α dan RANTES yang bekerja pada monosit, basofil, eosinofil, dan sel natural killer (NK). Kemokin dapat dihasilkan secara konstitusi dan mengatur  aktivitas limfosit pada kondisi fisiologik; kemokin inflamatorik diinduksi dan diregulasi meningkat oleh rangsangan inflamasi. Kemokin ini berikatan dengan dan mengaktifkan sel melalui reseptor kemokin dan berperan penting dalam merekrut sel yang sesuai ke lokasi inflamsi. Reseptor kemokin telah diidentifikasi sebagai koreseptor untuk masuknya virus HIV ke dalam sel.

Membunuh dan mencerna. Ini terjadi melalui jalur bergantung-oksigen atau tidak bergantung oksigen. Pada reaksi bergantung oksigen superoksida (O2), hidrogen peroksida (H2O), dan spesies oksigen (O2) teraktivasi lainnya, dihasilkan dari O2 dan nikotimanida adenin dinukleotida fosfat tereduksi (NADPH). Dalam netrofil, H2O2 bereaksi dengan mieloperoksidase dan halida intraseluler untuk membunuh bakteri; mungkin juga terdapat keterlibatan oksigen teraktivasi. Mekanisme mikrobisida non-oksidatif melibatkan penurunan pH dalam vakuo fagosit tempat dilepaskannya enzim lisosom. Faktor tambahan yaitu laktoferin-suatu protein pengikat besi yang terdapat dalam granula netrofil bersifat bakteriostatik dengan cara mengambil besi dari bakteri. Monositosis adalah peningkatan jumlah monosit darah ditas 0,8 x 109 /l jarang ditemukan.

Neutropenia kongenital. Batas bawah hitung neutrofil normal adalah 2,5 x 109 /l. Apabila jumlah neutrofil absolut kurang dari 0,5 x 10 9 /l, pasien mungkin menderita infeksi berulang dan jika jumlahnya turun sampai kurang dari 0,2 x 109 /l, resikonya sangat serius, khususnya jika terdapat juga suatu defek fungsional. Netropenia dapat bersifat selektif atau merupakan bagian dari pensitopenia umum.

Netropenia berat terutama disertai dengan infeksi mulut dan tenggorokan. Ulserasi yang terasa nyeri dan sering kali sulit diatasi dapat terjadi di tempat-tempat tersebut, pada kulit atau anus. Septikemia dapat terjadi dengan cepat. Organisme yang biasanya dibawa sebagai komensal oleh individu normal, seperti Staphylococcus epidermitis atau organisme gram negatif dalam usus, dapat menjadi patogen.

Pemeriksaan sumsum tulang berguna dalam menentukan derajat kerusakan granulopoiesis, misalnya apakah terdapat pengurangan jumlah prekusor dini atau apakah hanya terdapat pengurangan jumlah netrofil darah dan netrofil sumsum tulang dengan prekusor lanjut tetap dalam sumsum tulang. Aspirasi sumsusm tulang dan biopsi trephin juga dapat membuktikan adanya leukemia, mielodisplasia, atau infiltrasi lain.

DewasaHitung darahAnakHitung darah
Leukosit total4,00-11,0 x 109/1*Leukosit total
Netrofil2,5-7,5 x 109/1*Neonatus10,0-25,0 x 109/1
Eosinofil0,04-0,4 x 109/11 tahun6,0-18,0 x 109/1
Monosit0,2-0,8 x 109/14-7 tahun6,0-15,0 x 109/1
Basofil0,01-0,1 x 109/18-12 tahun4,5-13,5 x 109/1
Limfosit1,5-3,5 x 109/1

Hitung Jumlah Leukosit

Ketika dihadapkan peda kelainan sel darah putih, pertama-tama harus dilakukan hitung jumlah absolute setiap bentuk sel darah putih perifer untuk menentukan secara tepat kelainan yang perlu dijelaskan.

Jumlah Leukosit = Jumlah Leukosit yang Dihitung x Faktor Pengencer

Volume yang Dihitung

Jenis LeukositJumlah Normal
Neutrofil1800-800 /µl
Eosinofil0-600 /µl
Basifil0-200 /µl
Limfosit1000-5000 /µl
Monosit0-800 /µl

Ketepatan jumlah absolut yang ditentukan dengan metode ini buruk jika sel-sel yang ada kurang dari 5-10% dari semua sel darah putih (misalnya eosinofil, basofil), dan diperlukan teknik penghitungan langsung yang khusus jika ketepatan sangat penting (misalnya : jumlah neutrofil pada penderita asma) (Larry Waterbury, 1998).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *